Kamis, 30 September 2010

Pemerintah Tambah Biaya Operasional SLB

Kamis, 30 September 2010
KRISTIANTO PURNOMO/KOMPAS IMAGES
Ilustrasi: Jumlah tenaga pendidik SLB (pegawai negeri sipil ataupun swasta) hanya berkisar 16.000 orang, sedangkan siswa SLB di seluruh Indonesia mencapai 75.000 orang.


JAKARTA, KOMPAS.com — Perhatian terhadap anak-anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di SLB sering kali masih terabaikan. Padahal, memiliki anak berkebutuhan khusus menguras banyak tenaga dan finasial. Oleh karena itu, pemerintah akan memberikan tambahan biaya di luar biaya biaya operasional sekolah) kepada SLB.

“SLB itu sekolah khusus. Karena itu kami bersepakat memberikan perhatian khusus kepada sekolah-sekolah khusus yang memerlukan pelayanan khusus. Yaitu meliputi merehabilitasi, merenovasi kelas-kelas yang tidak layak di sekolah SLB dan fasilitas praktek," kata Menteri Pendidikan RI Mohammad Nuh di sela-sela peluncuran program pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja tunarungu dan tunanetra (MAJU) dan Langkah Pastiku, Rabu (29/09/10).

"Hal itu karena sekolah bagi anak berkebutuhan khusus(SLB) karena peralatannya sulit, seperti huruf braile, audiometric, dan lain-lain," tambahnya,

Menurut Nuh, perhatian khusus diperlukan dikarenakan jumlah SLB tidak banyak, namun sering terabaikan. “Yang memiliki putera puteri yang berkebutuhan khusus sudah sulit, jangan ditambah dengan beratnya tanggung jawab akan finansial. Bantuan operasinalnya BOS, namun BOS kan tidak cukup. Sementara satu kelas anak SLB bukan berisi 40 hingga 50 orang. Karena itu harus ada dana tambahan khusus yang melekat pada anak,” terangnya.

Namun, Nuh belum menyebut berapa dana yang akan diturunkan pemerintah, " Pemenuhan kebutuhan ini (biaya operasional) akan diselesaikan pada tahun 2011," katanya.

Selain dana, Mohammad Nuh juga menyatakan akan membuat formasi khusus guru-guru SLB. "Supaya guru yang awalnya tidak mengerti (mengenai anak SLB) menjadi mengerti," tandasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar